Contact online

Wednesday, August 13, 2014

BUNGKUS ROKOK BERGAMBAR SERAM

OKY.KELANA.BLOGSPOT.COM | Kebijakan pemerintah mewajibkan kepada semua produsen rokok untuk memperingatkan bahaya rokok melalui gambar pada bungkus rokok yang resmi berlaku Juli 2014 lalu, cukup berpengaruh. Mayoritas penikmat rokok di Palembang mengaku takut melihat gambar yang cukup menyeramkan itu.

Meski belum ada keterangan resmi dari dinas kesehatan setempat terkait pengaruh bungkus rokok seram itu, namun bisa dilihat dari penjualan kotak rokok aluminium. Pedagang kotak rokok aluminium itu pun meraup untung besar pasca beredarnya bungkus rokok dengan gambar seram.

Salah seorang pedagang aksesoris rokok di Pasar Sekip Palembang mengaku, dalam sehari dagangannya bisa habis 30-40 kotak. Harga yang dijual bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung kualitas dan jenis kotak rokok itu.

"Ya, laris manis ini setelah bungkus rokok bergambar itu. Lumayanlah, tiga kali lipat peminatnya," kata Rahadin (45), Rabu (13/8).

Adi (35), seorang karyawan swasta mengaku sangat risih melihat bungkus rokok yang dijual saat ini. Sebab, tampilan gambarnya sangat menakutkan.

Karena sudah menjadi pecandu rokok, Adi mencari cara jitu agar dia bisa kembali merokok seperti biasa. Caranya membuang bungkus rokok asli dan menggantinya dengan kotak rokok aluminium.

"Dari pada terlihat terus saat ambil rokok, mending bungkusnya dibuang saja. Saya masukkan rokok itu ke kotak rokok buatan (aluminium). Apalagi, kotak rokok itu banyak pilihannya, tergantung merek," ujarnya.

Pernyataan serupa juga diutarakan Sunarto (40), pegawai salah bank di Palembang. Menurut dia, belakangan terakhir sangat sulit mencari rokok yang masih belum bergambar seram. Dia pun cukup terpengaruh terhadap bungkus rokok yang beredar saat ini.

"Kemarin-kemarin saya sempat ganti rokok yang tidak ada gambarnya, tapi sekarang tidak ada lagi. Jadi, mau tak mau harus dibuang bungkusnya," kata Sunarto yang mengaku sudah merokok sejak masih duduk di bangku kelas I SMP ini.

Sumber: Merdeka.com

0 comments:

Search This Blog